Sabtu, 30 Mei 2009
CEDERA MUSKULOSKETAL
Akibat suatu trauma pada anggota gerak dapat berakibat :
- patah tulang ( fraktur )
- Dislokasi ( caput sendi lepas dari mangkok sendi )
- Kerusakan jaringan lunak, yaitu kulit ( vulnus ), otot dan tendon robek atau memar, pembuluh darah, atau saraf putus.
FRAKTUR .
Definisi : fraktur adalah putusnya kontinuitas jaringan tulang .
Penyebab:
1. Trauma : a. langsung berakibat fraktur pada tempat trauma.dan kerusakan jaringan.
b. tidak langsung berakibat fraktur diluar tempat fraktur
2. Patologis a. kongenital ( osteogenesis inperfekta )
b. infeksi ( osteomyelitis )
c. tumor ( contoh bone cyst., Metastase Ca mammae )
3. Tarikan yang terlalu kuat.
Patofisiologi:
Patah tulang dipengaruhi oleh 2 faktor :
A. Faktor ekstrinsik :
• Adalah gaya dari luar yang bereaksi pada tulang
• Tergantung dari besarnya , waktu/lamanya dan arah gaya tersebut dapat menyebabkan patah tulang.
• Beberapa macam gaya : gaya tension, gaya kompresi, gaya shear.
B. Faktor intrinsik :
Beberapa sifat sifat yang penting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur:
• kapasitas absorbsi dari energi
• daya elastisitas
• daya terhadap kelelahan
• densitas/kepadatan
Pembagian :
A. Menurut derajatnya :
1. fracture incomplete : fisurra, greenstick fraktur tulang muda ( anak )
2. fracture complete : simple fraktur bila fragmen tulang tak bergeser dari tempatnya , komunitif fraktur bila patah lebih dari 2 fragmen.
B. Ada tidaknya hubungan dengan dunia luar :
1. Open fracture ( Compund Fracture) ada hubungan langsung rfagmen fraktur dengan permukaan kulit.
2. Closed fracture ( fraktur oklusa/ patah tulang tertutup).
C. Berdasar usia penderita :
1. usia dewasa dan tua , sering patah akibat osteoporosis,misalnya vertebra, colum femoris, dan frakture tulang panjang.
2. Usia anak-anak , jarang robek ligamen. Penanganannya perlu pertimbangan khusus, sebab pemendekan dapat ditoleransi dengan percepatan pertumbuhan tulang panjang yang patah.
D. Berdasar penyebabnya : misalnya fraktur patologis, bukan karena trauma.
E. Patah tulang khusus , yaitu fraktur yang mengenai cakram epifisis, karena fraktur ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Menurut Salter Haris ada 4 type :
Tipe 1. Epifisis dan cakran epifisis lepas dari metafisis, tetapi periost masih utuh
Tipe 2. Periost robek disatu sisi sehingga epifisis dan cahram epfisis lepas sama sekali dari metafisis.
Tipe 3. Patah tulang epifisis yang melalui sendi
Tipe 4. Terdapat fragmen patahan yang garis patahnya tegak lurus cakram tersebut.
Pada type 4 epifisis rusak karena kompresi, sehingga pertumbuhan tulang terganggu.
Gejala fraktur :
1. Pasti : a. deformitas akibat fraktur berupa angulasi,rotasi dan pemendekan.
b. krepitasi karena gesekan ujung fragmen tulang yang patah
c. false movement
d. fragmen tulang yang menonjol dari luka
e. tampak pada gambar X foto
f. nyeri pada fraktur, terdapat nyeri subyektif, nyeri obyectif, nyeri lingkar,
g. nyeri sumbu pada tarikan atau tekanan.
2. Tidak pasti : a. deformitas disebabkan oleh pembengkakan,atau akibat perdarahan.
b. nyeri spontan , menghebat bila digerakkan
c. fungsiolesa
Diagnosa fraktur :
Meliputi :
• Anamnesa
• Pemeriksaan fisik : look(inspeksi), Feel(palpasi), Move( pergerakan pasifd/aktif, measurement( pengukuran)
• Pemeriksaan radiologi
• CT scan
• Pemeriksaan labolatorium
Anamnesa :
- tanyakan adanya trauma tertentu, seperti jatuh, terputar, tertumbuk, terlindas, dan berapa kuatnya trauma tersebut.
- Datang karena keluhan sesuatu yang tidak benar : deformitas, pemendekan, tumor
- Sesuatu yang tidak wajar misalnya nyeri atu pegal-pegal
- Pergerakan tidak normal, timpang, lemah, kaku, lumpuh.
- Rasa nyeri merupakan gejala yang paling sering membawa penderita ke rumah sakit.
Pemeriksaan fisik :
1. Inspeksi ( look ) , bandingkan kiri dan kanan. , perhatikan adanya pembengkakan, deformitas.
2. Palpasi ( fell) : tegang lokal, nyeri tekan, krepitasi, periksa pulsasi arteri distal fraktur
3. Gerakan ( move) : -.a. ROM ( range of movement ) aktif dan pasif, bandingkan kiri
dan kanan, pada fraktur ROM aktif lebih kecil daripada pasif.
-b. adanya gerakan abnormal (false movement),
-c. adanya fungsiolesa.
4. Measurement ( pengukuran ) : true length, appeareance length, ukuran melingkar
Radiologi :: - 2 arah ( antero posterior dan lateral )
- 2 waktu yang berbeda ( saat trauma dan 10 hari sesudah trauma
- 2 sendi , sendi proximal dan distal dari fraktur harus terlihat pada film.
- 2 extremitas sebagai pembanding, bila garis fraktur meragukan terutama pada anak2
CT Scan : kadang-kadang dilakukan pada fraktur vertebra dengan gejala neurologis
Pemeriksaan labolatorium :
1. pemeriksaan darah : osteomyelitis, LED meningkat
2. Biochemical darah : Ca darah, Alkali dan acid fosfatase
3. Serologi dan bacteriologi ; WR, Khan. Mantoux test
4. Pemeriksaan histopatologis pada kasus neoplasma.
Penyembuhan tulang :
Proses perbaikan fraktur tergantung tulang yang terkena dan pergerakan ditempat fraktur.
Pada tulang tubuler dan bila tak ada fiksasi yang kaku, penyembuhab dalam 5 tahap.Prinsipmya penyembuhan tulang ada 2 cara yaitu;
• callus formation
• primary osteonal healing
Primary osteonal healing dapat terjadi bila pada fraktur dilakukan fiksasi dengan interfrgmentary screw atau dynamic compression plate ( AO ) . Pada kasus ini terbukti kedua ujung fragmen tulang sembuh dan menyatu tanpa banyak pembentukan callus via primary vasculer bone formation.
Cara via callus formation sebagai berikut :
1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematom .
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematom disekitar luka dan didalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapatkan persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua milimeter.
2. Radang dan proliferasi selluler.
Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel bawah periosteum dan didalam saluran medulla yang tertembus. Ujung fragmen dikelilingai oleh jaringan sel yang menghubungkan tempat fraktur. Hematom yang membeku perlahan-lahan di absorbsi dan kapiler baru berkembang kedalam daerah itu.
3. Pembentukan kalus.
Sel yang berkembang biak memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik. Sel itu akan membentuk tulang juga kartilago. Populasi sel sekarang mencakup osteoklas ( dihasilkan pembuluh datah baru ) yang mulai membersihkan tulang yang mati. Masa sel yang tebal dengan pulau-pulau tulang yang imatur dan kartilago membentuk kalus atau bebat pada permukaan periosteal dan endosteal. Sementara tulang fibrosa yang imatur ( anyaman tulang ) menjadi lebih padat ,gerakan ditempat fraktur semakin berkurang dan dan empat minggu stelah cedera fraktur menyatu
4. Konsolidasi.
Bila aktifitas osteoklastik dan osteblastik berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi tulang lamelar. Sistem ini sekarang cukup kaku untuk memungkinkan menerobos reruntuhan pada garis fraktur, dan dekat dibelakangnya osteoblast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru.Ini proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat membawa beban yang normal.
5. Remodeling.
Fraktur telah dijembatani oleh tulang yang padat. Selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorpsi dan pembentukan tulang yang terus menerus. Lamela yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya tinggi, dinding-dinding yang tak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk. Akhirnya pada anan-anak tulang akan memperoleh bentuk mirip normalnya.
Penyembuhan otot :
Otot tidak dapat regenerasi. Tapi faal otot tidak berkurang adanya hipertrofi,sebagai kompensasi jaringan otot sisa.Karena sifat ini luka pada otot harus dijahit yang baik.
Penyembuhan tendo
Tendo yang putus tak akan dapat berfungsi lagi. Agar tetap berfungsi perlu disambung kembali dengan teknik khusus.
Penyembuhan fascia :
Akan mengalami penyembuhan alami yang normal.
Penyembuhan pembuluh darah.
Bila hematom sangat besar, bagian tengah tetap cair sedangkan dinding dalamnya perlahan-lahan dilapisi endothel sehingga terjadi aneurisma palsu.
Penyembuhan saraf
Bila saraf putus maka akson distal akan degenerasi. Sel saraf dipusat dalam 24-48 jam akan tumbuh akson baru kedistal dengan kecepatan rata-rata 1 mm perhari. Akson dapat tumbuh baik sampai keorgan akhir bila dalam pertumbuhannya ditemukan selubung myelin yang utuh. Dengan bedah mikro epi dan perineurium dapat dijahit dengan baik, maka penyambungan saraf yang putus akan memberi hasil yang baik.
KOMPLIKASI FRAKTUR:
Komplikasi Dini ( early ). :
A. Lokal :
Jaringan lunak :.
o kulit abrasi, lacerasi, penetrasi
o pembuluh darah robek
o kerusakan sistem saraf : sumsum tl belakang, saraf tepi motorik dan
sensorik
o kerusakan otot
o kerusakan organ dalam : jantung,paru,hepar limpa,pada fraktur costa,
kandung seni pada fraktur pelvis.
Sendi : infeksi akibat fraktur terbuka
Tulang : osteomielitis. Nekrosis avaskuler
B. Umum :
o Fraktur merupakan bagian dari multipel trauma menyebabkan syok hemoragik atau syok neurugenik.
o emboli lemak, emboli paru, tetanus
Komplikasi lanjut ( late ) :
A. Lokal :
- sendi ; ankilosis fibrosa
- Tulang : - penyambungan tak wajar : malunion,cross union, delayed union ( > 3 bulan), non union ( > 6 bulan ), pseudo arthrosis.
- Osteoporosis pasca trauma
- Gangguan pertumbuhan
- Ostemielitis
- Patah tulang ulang
- Otot/tendon : penulangan otot, ruptur tendon
- Syaraf : kelumpuhan syaraf.
B. Umum : batu ginjal akibat immobilisasi lama ditempat tidur
PENATALAKSANAAN :
A. Pertolongan darurat (emergency)
Pemasangan bidai ( splint )
1. Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
2. Mengurangi rasa nyeri
3. Menekan kemungkinan terjadinya emboli lemak dan syok.
4. Memudahkan transportasi dan pengambilan foto.
B. Pengobatan definitif
Reposisi segera secara tertutup ( Closed reduction ) :
1. Reposisi tertutup untuk mereposisi. Terbatas hanya pada tulang tertentu.
2. Traksi dengan tarikan ekstremitas bagian distal.
Immobilisasi :
1. Gips ( Plaster of Paris Cast )
2. Traksi secara kontinyu : traksi kulit atau traksi tulang.
Reposisi secara terbuka ( open reduction ) :
Melakukan reposisi dengan cara operasi kemudian melakukan immobilisasi dengan fiksasi menggunakan plat, pen atau kawat ( wire).
C. Rehabilitasi :
Tujuan utama :
1. Mempertahankan ruang gerak sendi.
2. Mempertahankan kekuatan otot.
3. Mempercepat proses penyembuhan luka.
4. Mempercepat pengembalian fungsi penderita.
Latihan terdiri dari :
- Mempertahankan ruang gerak sendi
- Latihan otot.
- Latihan berjalan.
Komplkikasi akibat pengobatan Iatrogenik:
1. Kulit : karena tekanan menyebabkan bed sore’s / decubitus dan cast sore’s.
2. Vaskuler : traksi yang berlebiha menyebabka Volkman’s ischemia gangrene
3. Syaraf ; neurofraksi akibat traksi berlebihan
4. Sendi : infeksi ( septik arthritis )
5. Tulang ; osteomielitis
Pencegahan /Pengobatan Komplikasi Iatrogenik
• Bed sores” : dengan melakukan perubahan posisi pada waktu-waktu tertentu dan memberikan latihan-latihan selama dirawat ditempat tidur
• Cast sores”
- Tekanan pada waktu memasang gis tak boleh terlalu kuat,cukup gips diluncurkan diatas permukaan kulit, pada tempat-tempat yang rawan.
- Pemasangan “padding” bantalan yang dapat berupa kapas untuk 10 hari pertama, dan kaos / stockinet untuk selanjutnya.
- Traksi bandul harus diberikan sesuai dengan berat badan masing-masing penderita.
• Volkmann’s ischemia :
1. Gips sirkuler yang menjepit atau “bandage” segera dilepaskan sama sekali/ penjepitan dibebaskan.
2. Posisi ekstremitas terutama sekitar sendi yang mengalami distrosi harus diperbaiki atau sendi yang dalam keadaan fleksi harus diekstensikan. Bila akibat traksi beban traksi harus dikurangi.
3. Bila hal-hal tersebut masih belum ada perbaikan maka dilakukan fasiotomi atau bila dalam waktu 30 menit tidak ada perbaikan dilakukan eksplorasi secara pembedahan.
MACAM-MACAM CEDERA MUSKULOSKELETAL DAN CARA PENANGANNYA.
Yang akan dibicarakan disini :
1. Fraktur tertutup
2. Dislokasi
3. Fraktur terbuka
FRAKTUR TERTUTUP :
• Anggota gerak atas
• Tulang vertebra
• Anggota gerak bawah
ANGGOTA GERAK ATAS
1. Fraktur clavicula :-fiksasi Ransel verband 4 minggu atau
-pasang plate dan screw
Komplikasi :
1. pneumothorax
2. paralise nervus brachialis
3. kerusakan arteri/ vena subclavia
4. udema lengan
5. kekakuan sendi
2. Fraktur collum humeri : - fiksasi dengan circular gips aeroplane atau
- pasang screw
3. Fraktur shaft humeri : - fiksasi dengan hanging cast 4 minggu
- U slab 4 minggu
Komplikasi : paralisa nervus radialis menyebabkan dropped hand
4. Fraktur supra condyler humeri: 80% terjadi pada anank-anak.
- fikasi dengan collar and cuff selama 4 minggu atau
- open reduction dan fiksasi dengan wire bersilang
Komplikasi :
1. Volmann’s contracture
2. Kekakuan sendi siku
3. Perubahan bentuk sendi cubitus varus atau cubitus valgus.
5. Fraktur antebrachii:
- Fiksasi dengan circular gaps , mulai pangkal jari kedua sampai diatas siku ,
dengan flaksi 90 derajad selama 6 – 8 minggu. atau
- Open reduction pasang plate and screw
Komplikasi : penyambungan tak wajar, mungkin cross union, malunioan, delayed
union.
6. Fraktur Montegia : fraktur ulna 1/3 proximal disertai dislokasi caput radii
- Fiksasi open reduction, pasang plate and screw pada ulna, caput radii akan kembali keposisi semula
7. Fraktur Galeazi : ftraktur radius 1/3 distal disertai articulatio ulna metacarpal.
- Fiksasi open reduction, plate and screw dari radius , ulna akan kembali ketempat semula.
8. Fraktur Colles : Fraktur radius distal dengan dislokasi kearah cranio dorsal, disertai fraktur proscessus styloideus ulna.
- Terap closed reduction dan dipasang circuler gips kearah ventroulnaris selama
4- 6 minggu.
9. Bennet’s fracture : fraktur dislokasi sendi carpo metacarpal jari ke 1 ( ibu jari ).
-Terapi closed reduction dan fiksasi dengan circulergips abduksi.
-Bila gagal open reduction dan fikasi denagn wire.
FRAKTUR COLLUMNA VERTEBRALIS
Fraktur vertebra paking sering : Li dan L2
Fiksasi dengan gips korset 3 bulan
Komplikasi :
• paraplegia inferior
• retensio urine/alvi menyebabkan uoro sepsis
• incontinensia urine dan alvi menyebabkan urusepsis.
FRAKTUR ANGGOTA GERAK BAWAH.
1. Fraktur pelvis : - fiksasi dengan gurita 3- 4 minggu
Komplikasi : ruptur buli-buli atau urethra.
2. Fraktur collum femoris : - pasang taraksi lurus dan abduksi selama 6 minggu atau
- pasang screw atau total hip prothese
Komplikasi :
1. Avaskuler necrose
2. Kekakuan sendi
3. Kaki pendek sebelah
3. Fraktur shaft femoris :
Fiksasi :
1. Hemispica 4- 6 minggu untuk anak dibawah 10 tahun
2. traksi 8 – 12 minggu , untuk dewasa
3. pasang plate and screw atau pasang pen ( femur nailing )
Komplikasi :
1. malunion
2. pemendekan
4. Fraktur supra condyler femoris :
Fiksasi :
1. circuler gips
2. traksi 4- 6 minggu
3. open reduction dan fiksasi dengan angle blade plate.
5.Fraktur cruris :
Fiksasi :
1. gipspalk atau circulergips 8 – 12 minggu atau
2. open reduction pasang plate and screw
Komplikasi :
1. kekakuan sendi
2. malunion
6. Fraktur caput fibula :
Fiksasi : spalk/ciculergips below knee 8 – 12 minggu atau
Open reduction dan fiksasi pasang screw.
Komplikasi ; kerusakan nervus peroneus menyebabkan dropped foot.
7. Fralktur maleolus :
Fiksasi : spalk/circuler gips below knee 4 minggu
Open reduction pasang screw
8. Fraktur calacaneus : Fikasi : gips spatu 8 – 12 minggu
9. Fraktur tarsalia : fiksasi gips spatu 8 – 12 minggu
10. Fraktur metacarpal/ phalanx : fiksasi ball holding 4 minggu.
11. Fraktur patela :
Fiksasi :
1. gips Kocher selam 4 minggu atau
2. opern reduction dan internal fixation ( ORIF ) dengan wire figure of 8
3. bila patela hancur dilakukan extirpasi.
12. Hemathros : perdarahan dalam sendi . Penyebab robekan pada caksul sendi,tersering lutut.
Tindakan :
1. bebat tekan
2. pungsi
3. circuler gips
13. Sprain : robekan serat pemegang sendi, paling serting pergelangn kaki.
Tindakan :
1. bebat tekan atau circuler gips.
DISLOKASI.
Definisi : keluarnya caput sendi dari mangko sendi
Penyebab : trauma
Gejala :
1. Deformitas : hilangnya tonjolan tulang yang normal ( deltoid rata, dislokasi bahu). Ada perpendekan
2. Nyeri
3. Fungsiolesa, gerak terbatas ( contoh dislokasi anterior sendi bahu tak bisa endorotasi )
4. Membuat X- foto
Tindakan :
1. reposisi segera
2. dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anestesi, misalnya dislokasi bahu, dislokasi jari.
Dislokasi bahu :
- paling sering dislokasi anterior
- teknik reposisi :
1. cara Hipocrates, pakai kaki di axilla, dilakukan traksi
2. cara Kocher, paling sering digunakan , taitu traksi, exorotasi, adduksi, endorotasi
3. Cara Stimson , posisi tengkurap, traksi 5- 71/2 kg, 25 menit.
Komplikasi :
- neuropraxia n axillaris m deltoid lumpuh tak bisa abduksi
- robeknya cuff sendi
- dislokasi berulang
- interposisi tendo biseps aput longus.
Dislokasi sendi panggul ( coxae )
Tindakan dilakukan dengan general anestesi :
1. Pada anak pilih cara yang atromatis, yaitu cara Allis :
- satu asisten memfiksasi pelvis
- satu assisten medorong trochanter
- operator menarik femur pada posisi panggul dan lutut 900-900
2. Cara Bigelow tidak benar dapat menimbulkan fraktur intra artikuler. Caranya tarikan keventral, caudal posisi flexi, kemudian exirotasi.
Sesudah reposisi dilakukan traksi selama 5 – 8 minggu.
FRAKTUR TERBUKA :
Definisi : patah tulang dimana fragmemn yang bersangkutan sedang atau pernah berhubungan dengan dunia luar.
Patofisiologi :
Hubungan dengan dunia luar terjadi karena :
a. penyebab rudapaksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.
b. Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.
Klasifikasi menurut Gustilo Anderson :
• Patah tulang derajad I. : garis patah sederhana dengan luka kurang atau sama 1cm bersih.
• Patah tulang derajad II : garis patah sederhana dengan luka > 1 cm bersih, tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas atau terjadinya flap atau avulsi.
• Patah tulang derajad III : Patah tulang yang disertai kerusakan jaringan lunak luas termasuk kulit, otot, syaraf, pembuluh darah. Patah tulang ini disebabkan oleh gaya dengan kecepatan tinggi.
• Derajad III A : bila patah tulang masih dapat ditutup dengan jaringan lunak.
• Derajad III B : bila patah tulang terbuka tidak dapat ditutup dengan jaringan lunak, sebab jaringan lunak termasuk periosteum sangat berperan dalam proses penyembuhan. Pada umumnya terjadi kontaminasi srius.
• Derajad III C : terdapat kerusakan pembuluh darah arteri.
Pembagian derajad patah tulang sangat penting untuk rencana penanganannya dan prediksi komplikasai dan hasil penanganan.
Gejala klinis : terdapat tanda-tanda patah tulang dengan luka didaerah patah tulang.
Pemeriksaan dan diagnosis : seperti patah tualang tertutup.
Penatalaksanaan :
Prinsip penanganan patah tulang terbuka :
1. Harus ditegakkan dan ditangani lebih dulu akibat trauma yang bersamaan yang membahayakan jiwa.
2. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat bedah.
3. Pemberian antibiotika yang tepat
4. Stabilisasi.
5. Penutupan luka.
6. Rehabilitasi dini.
Macam tindakan yang dilakukan
1. Tindakan fase pra Rumah sakit :
- pembidaian
- menghentikan perdarahan dengan bebat tekan
- menghentikan perdarahan besar dengan klem
2. Tindakan di UGD :
- periksa semua karena apatah tulang terbuka harus diingat sebagai penderita kemungkinan cedera ditempat lain. Sebab terjadi karena gaya yang sangat .
- tindakan life saving didahulukan
- diberikan antibiotika, alagetika, Toxoid, ATS atau tetanus human globulin.
3. Tindakan dikamar operasi :
- Debridenman dan irrigasi .
- Stabilisasi ; derajad I dan II , dapat dipertimbangkan fiksasi dalam secara primer.
Derajad III , dianjurkan fiksasi luar ( gipspalk, circular gips dengan window)
- Penutupan luka : penutupan primer pada derajad I dan II.
Derajad III tak dianjurkan tutup primer, hanya tulang harus ditutup dengan jaringan lunak ( otot) untuk mempertahankan hidupnya.
4. Rehabilitasi dini : keadaan umum penderita jadi sangat baik, dengan fungsi anggota gerak kembali secarea optimal.
Kepustakaan :
1. Sjamsu Hidajat, Wim de Jong, Buku Ajar ILmu Bedah, EGC Jakarta,1998
2. A.Graham Apley & Louis Solomon, Apley’s System of Orthopaedics and Fractures,
Butterworth-Heinemann Ltd.1993
3. Scott V.Haig and Carlos R. Flores, Orthopedic emergencies, a radiographic atlasThe
McGraw- Hill Companies Medical Publishing Devision, New York, 2004.
4. Schwartz ,SHIRES Spencer, Principles of Surgery, 7th edition, The McGraw-Hill ,
Health Profession Division, New York, 1999.
5. Pedoman Diagnosis dan Terapi , Lab/UPF Ilmu Bedah, RS. Dr. Sutomo Surabaya,
2005.
6. Hamilton Bailey’s Emergency Sugery, Brirtol,John Wright and Son,Ltd, 2003
.
bakteri jerawat
Setelah mengulas beberapa penyebab serta sebuah pengantar untuk mengatasi jerawat atau menghilangkan jerawat, kali ini saya akan mengulas mengenai bakteri yang bertanggung jawab atas kemunculan jerawat atau terbentuknya jerawat: Propionibacterium Acnes. Sebagaimana tulisan tulisan sebelum, saya masih akan berusaha menerjemahkan Tulisan atau artikel Propionibacterum Acnes dari wikipedia. Artikel aslinya dapat anda lihat di sini.
P Acnes alias Propionibacterium Acnes merupakan bakteri penyebab jerawat atau bisa juga kita sebut sebagai bakteri jerawat yang memiliki watak pertumbuhan atau perkembangbiakan yang relatif lambat. Sebelum menlanjutkan pembahasan tentang bakteri jerawat, saya akan terlebih memberikan identitas Klasifikasi Ilmiah (Scientific Classification) atau Taksonomi dari Propionibacterium Acnes.
Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Order : Actinomycetales
Family : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
Species : P. Acnes
Untuk binomial name ( nama binomial) bakteri jerawat ini disebut sebagai Propionibacterium acnes (Gilchrist 1900). P. Acnes merupakan jenis bakteri yang hidup tanpa memerlukan adanya oksigen atau bisa disebut sebagai bakteri anaerobik. Organisme yang hidup tanpa memerlukan oksigen biasa juga disebut memiliki tipical atau karateristik aerotolerant. Sang bakteri jerawati ini juga merupakan bakteri jenis Gram-Positif.
Seperti yang telah saya berikan di artikel lain, Bakteri jerawat dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada jerawat. Genome dari P. Acnes dalam beberapa penelitian / study menunjukkan bahwa geberapa gen darinya memproduksi ensime yang dapat mendegradasi kulit dan protein.
Bakteri Jerawat ini sebagian besar ada pada kulit banyak orang dan berkarateristik commensal (commensal merupakan sifat dari hubungan 2 organisme yang secara signifikant tidak saling dirugikan: contoh hubungan antara burung dengan pohon). Ia hidup di daerah asam lemak (fatty acid) di kantung kelenjar minyak (sebaceous glands) pada kelenjar minyak (sebum) tersembunyi di dalam pori pori kulit. Untuk lebih jelasnya perbedaan antara sebaceous glands dan sebum liat gambar yang saya ambil dari wikipedia disamping. Selain ditemukan di daerah kelenjar minyak bakteri ini juga bisa ditemukan di daerah Gastrointestinal tract (pencernaan makanan??).
Nama dari Propionibacterium Acnes diambil karena bakteri ini dapat memproduksi atau menghasilkan asam propionik (propionic acid).
Bagaimana Bakteri Jerawat ini bisa menyebabkan Penyakit?
Ketika pori pori kulit terhalang atau "tidak bisa bernafas" maka bakteri yang sifatnya tumbuh dalam lingkungan yang anaerobic (tanpa oksigen) ini menjadi tumbuh sangat cepat dan mengeluarkan banyak bahan kimia untuk merusak jaringan jaringan pada pori pori kulit, dan menjatuhkan bakteri semisal Staphylococcus aureus ke kulit yang kemudian membentuk "luka jerawat" (acne lesion)
Antibiotik : P. Acne dapat di bunuh dengan benzoyl peroxide. Bakteri jerawat ini juga sangat sensitif pada sinar ultraviolet sehingga dapat pula dibunuh dengan menggunakan sinar ultraviolet. Dapat pula di bunuh dengan sinar yang panjang gelombangnya sekitar 405 - 420 nm karena P. Acne juga sangat sensitif pada sinar jenis ini.
Sekian
Beberapa kalimat atau pemahaman dari wikipedia tidak saya terjemahkan disini. Untuk lebih jelas mengenai penjelasan soal Bacteri jerawat alias Propionibacterium Acnes ini, silahkan kunjungi wikipedia.
Tulisan diterjemahkan secara bebas dari:
http://en.wikipedia.org/wiki/Propionibacterium_acnes
Gambar diambil dari:
http://en.wikipedia.org/wiki/Sebaceous_gland
Lepra
DEFINISI
Lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata.
PENYEBAB
Bakteri Mycobacterium leprae.
Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti.
Jika seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersin, maka bakteri akan menyebar ke udara. Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi.
Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini.
Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra Pasifik.
Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20an dan 30an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
GEJALA
Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7).
Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita.
Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.
Lepra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar.
Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-sarafnya.
Pada lepra lepromatosa muncul benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk.
Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.
Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra.
Jika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra tuberkuloid; jika kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa.
Selama perjalanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata.
Pengobatan yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan kortikosteroid atau talidomid.
Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis.
Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu penderita lepra menjadi tampak mengerikan.
Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya.
Kerusakan pada saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan mata dapat menyebabkan kebutaan.
Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan oleh testis.
DIAGNOSA
Diagnosisi ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan kulit yang terinfeksi.
PENGOBATAN
Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya.
Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.
Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman.
Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.
Rifampin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson.
Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala yang menyerupai flu.
Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin.
Terapi antibiotik harus dilanjutkan selama beberapa waktu karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan.
Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter.
Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.
PENCEGAHAN
Dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya diasingkan dan diisolasi.
Pengobatan dini bisa mencegah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung mengalami masalah psikis dan sosial.
Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya menular jika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain.
Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama yang memiliki resiko tertular.
Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular.
sumber : Apotik online dan media informasi obat - penyakit :: m e d i c a s t o r e . c o m
flu babi, pig flu
Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung, memungkinkan virus tersebut bertukar gen dan menciptakan galur pandemik.
Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia.[2] Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian[3] Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1[4] H1N2,[4] H3N1,[5] H3N2,[4] and H2N3.[6]
Di Amerika Serikat, hanya subtipe H1N1 lazim ditemukan di populasi babi sebelum tahun 1998. Namun sejak akhir Agusuts 1998, subtipe H3N2 telah diisolasi juga dari babi.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Asal mula
* 2 Tanda dan gejala
* 3 Pergantian nama
* 4 Lihat pula
* 5 Rujukan
[sunting] Asal mula
Pada 5 Februari 1976, tentara di Fort Dix, Amerika Serikat menyatakan dirinya kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokannya. Dokter menyatakan kematiannya itu disebabkan oleh virus ini sebagaimana yang terjadi pada tahun 1918. Presiden kala itu, Gerald Ford, diminta untuk mengarahkan rakyatnya disuntik dengan vaksin, namun rencana itu dibatalkan.
Pada 20 Agustus 2007, virus ini menjangkiti seorang warga di pulau Luzon, Filipina. [7]
[sunting] Tanda dan gejala
Gejala utama virus flu babi pada manusia.[8]
Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejalan influensa ini mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar dan muntah-muntah.[9]
Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya perlu melihat pada tanda atau gejala khusus, tetapi juga catatan terbaru mengenai pasien. Sebagai contoh, selama wabah flu babi 2009 di AS, CDC menganjurkan para dokter untuk melihat "apakah jangkitan flu babi pada pasien yang di diagnosa memiliki penyakit pernapasan akut memiliki hubungan dengan orang yang di tetapkan menderita flu babi, atau berada di lima negara bagian AS yang melaporkan kasus flu babi atau berada di Meksiko dalam jangka waktu tujuh hari sebelum bermulanya penyakit mereka." [10] Diagnosa bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji makmal bagi contoh pernapasan.[10]

Kanker leher rahim
Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang paling banyak pengidapnya di Indonesia. Bahkan, Indonesia merupakan negara kedua di dunia –setelah Cina– yang memiliki pengidap kanker leher rahim terbanyak. Padahal kanker yang sering disebut kanker mulut rahim ini termasuk kanker yang mudah dideteksi secara dini dan bisa dicegah/diobati sebelum berkembang lebih lanjut.
Hampir semua (99%) kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV). Infeksi human papilloma virus adalah sesuatu yang sangat mudah terjadi. Diperkirakan tiga per empat dari jumlah orang yang pernah melakukan hubungan seks, laki-laki maupun perempuan, mengalaminya.
Tidak beda dengan flu, kebanyakan infeksi HPV dapat sembuh sendiri, sehingga penderita tidak pernah menyadarinya. Hanya sebagian kecil infeksi HPV yang menjadi infeksi menahun, kemudian berkembang menjadi kanker.
Hmm... sepertinya menarik juga kalau kita kenalan dengan si human papilloma virus ini
Kutil
Anda pernah melihat kutil kan? Bintil-bintil di kulit yang bentuknya menggelembung seperti bunga kol? Itu salah satu “jejak” serangan human papilloma virus (papilloma = bintil/kutil). Virus human papilloma jenisnya lebih dari 100 macam, yang masing-masing diberi nomor untuk membedakan jenis satu dengan jenis lainnya. 60 jenis di antaranya menyebabkan kutil-kutil kulit yang tidak berbahaya. Sisanya merupakan HPV tipe mukosal, yaitu hanya menyerang selaput-selaput lendir seperti yang terdapat pada mulut, kerongkongan, ujung penis, vagina, leher rahim, dan dubur. Tipe mukosal disebut juga HPV genital, karena yang paling sering diserang adalah area kelamin. Ada yang menimbulkan kutil di vagina atau penis, yang lazim disebut dengan penyakit “jengger ayam”, yaitu HPV tipe 6 dan 11, tetapi ini tidak akan menjadi kanker.
Yang dapat menyebabkan kanker adalah HPV genital tipe 16, 18, 31, 35, 39, 45, 51, 52, dan 58. Lebih dari 70% kanker leher rahim disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Selain menyebabkan kanker leher rahim, HPV juga dapat menyebabkan kanker anus, vagina, vulva, penis, bahkan kanker kerongkongan.
Virus ini menular terutama melalui hubungan seks, termasuk anal sex, oral sex, dan hand sex. Sebagian besar di antaranya terinfeksi pada umur 15-30 tahun, yakni dalam kurun waktu empat tahun setelah melakukan hubungan seks yang pertama. Orang yang terinfeksi HPV genital biasanya tidak tahu dia terinfeksi, karena infeksi ini tidak menimbulkan gejala sama sekali (kecuali yang menimbulkan “jengger ayam”), dan sistem kekebalan tubuh segera menyerang supaya virus ini mati atau lemah –sehingga tidak aktif.
cmd-tumor otak (brain tumor
@sumber cermin dunia kedokteran
Artikel Pengenalan Gejala Klinis Tumor Otak
PENDAHULUAN Selama tahun 1988–1990 tereatat sejumlah 112 penderita tumor otak berbagai jenis yang dirawat di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Sebagian dari penderita tumor otak tersebut memang path mulanya ditemukan di klinik Neurologi karena umumnya menunjukkan gejala-gejala yang sifatnya neurologis. Di kalangan medis pada umumnya sudah dikenal trias gejala tumor otak yaitu nyeri kepala, muntah dan ditemukannya edema papil pada pemeriksaan fundus. Tetapi sebenarnya gejala klinis tumor otak sering tidak sejelas itu, apalagi pada fase dini. Tumor otak bisa memberikan gejala klinis beragam tergantung kepada lokasi dan ukurannya. Gejala itu bisa khas, tapi bisa pula kabur, sehingga bila kita tidak waspada bisa terkecoh dengan dugaan yang keliru. Tulisan ini dimaksudkan agar kita bisa mengenali gejala tumor otak secara lebih dini dengan penekanan pada gejala spesifiknya, khususnya berkaitan dengan lokasi tumornya. GEJALA TUMOR OTAK Tumor otak bisa mengenai segala.usia, tapi umumnya pada usia dewasa muda atau pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli menyatakan insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria dan wanita. Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.
Disajikan dalam Simposium Tumor Otak, 20 Juli 1991 di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta
Nyeri Kepala (Headache) Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis. Muntah Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil (menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala. Edema Papil Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputusputus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlcbih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidro-
sefalus interim. Kejang Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik. Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan kejang karma epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak. GEJALA TUMOR OTAK BERDASAR LOKASI Tumor di lobus frontalis daerah prefrontal bisa memberikan gejala gangguan mental sebelum munculnya gejala lainnya, berupa perubahan perasaan, kepribadian dan tingkah laku serta penderita merasakan perasaan selalu senang (euforia); jadi menyerupai gejala psikiatris. Makin besar tumomya, gejala gangguan mental ini semakin nyata dan kompleks. Afasia motorik (gangguan bicara bahasa berupa hilangnya kemampuan mengutarakan maksud) bisa terjadi bila tumor mengenai daerah area Broca yang terletak di belahan kiri belakang. Reflck memegang (grasp reflex) juga khas untuk tumor di lobus frontalis ini. Pada stadium yang lebih lanjut bisa terjadi gangguan pembauan (anosmia), gangguan visual, gangguan keseimbangan dalam berjalan, gangguan bola maw karena kelumpuhan sarafnya serta edema papil. Tumor di daerah presentral bisa menimbulkan gejala kejang fokal pada sisi kontralateral. Kelumpuhan motorik timbul bila terjadi destruksi atau penekanan oleh tumor terhadap jalur kortikospinal. Tumor di kelenjar hipofisis akan memberikan gejala sesuai dengan sel kelenjar endokrin yang terkena. Adenoma eosinofil pada anak akan menyebabkan pertumbuhan raksasa, sehingga lebih besar dan tinggi dibanding anak seumurnya. Sedang pada orang dewasa akan menyebabkan pembesaran tangan, kaki, jari-jari, mandibula, penebalan kulit dan lidah (akromegali). Adenoma basofil menyebabkan penimbunan lemak di daerah wajah, bahu, abdomen disertai pengecilan alat genital (distrofia adiposogenitalis). Adenoma khromofob menyebabkan bertambahnya berat badan dan menurunnya libido. Tumor lobus temporalis bila berada di daerah unkus akan menimbulkan gejala halusinasi pembauan dan pengecapan (uncinate fits) disertai gerakan-gerakan bibir dan lidah (mengecapngecap). Bila lesinya destruktif akan menimbulkan gangguan pembauan dan pengecapan walau tidak sampai total. Tumor di lobus temporal bagian media bisa menimbulkan gejala "seperti pernah mengalami kejadian semacam ini sebelumnya" (deja vu). Bisa juga terjadi gangguan kesadaran sesaat (misalnya selagi penderita berjalan kaki) tapi tidak sampai terjatuh. Gangguan cmosi berupa rasa takut/panik bisa juga muncul. Berkurangnya pendengaran bisa terjadi pada tumor yang mengenai korteks di bagian belakang lobus temporal. Tumor di hemisfer dominan bagian belakang (area Wcrnicke) menimbulkan gejala afasia sensoris, yaitu kehilangan kemampuan memahami maksud pembicaraan orang lain. Tumor yang berkembang lebih lanjut
akan melibatkan jalur kortikospinal sehingga menyebabkan kelumpuhan anggota badan sisi kontralateral. Bisa juga terjadi herniasi dan menekan batang otak sehingga menyebabkan gangguan pada beberapa saraf kranial, misalnya terjadi dilatasi pupil sesisi yang menetap atau menghilangkan reflek kornea. Tumor di lobus parietalis pada umumnya akan memberikan gejala pelbagai bentuk gangguan sensoris. Lesi iritatif bisa menimbulkan gejala parestesi (rasa tebal, kesemutan atau seperti terkena aliran listrik) di satu lokasi, yang kemudian bisa menyebar ke lokasi lainnya. Lesi destruktif akan menyebabkan hilangnya berbagai bentuk sensasi, tapi jarang anestesi total. Gangguan diskriminasi terhadap rangsang taktil, astereognosis (tak bisa mengenali bentuk benda yang ditaruh di tangan) merupakan bentuk-bentuk gejala yang sering timbul. Tumor yang tumbuh ke arah lebih dalam bisa menimbulkan gejala hiperestesi, seperti merasakan rangsang yang berlebih padahal rangsang yang sebenarnya terjadi hanya ringan. Atau bisa juga mengenai jalur optik (radiatio optica) sehingga timbul gangguan penglihatan sebagian. Tumor pada girus angularis kiri bisa menimbulkan gejala yang disebut aleksia (kehilangan kemampuan memahami katakata tertulis). Sedang pada yang kanan menyebabkan gejala berupa gangguan dalam menyadari adanya sisi sebelah dari tubuh. Tumor di lobus oksipitalis memberikan gejala awal terutama nyeri kepala. Gejala khas yang muncul yaitu defek lapangan penglihatan sebagian. Lesi di hemisfer dominan bisa menimbulkan gejala tidak mengenal benda yang dilihat (visual object agnosia) dan kadang-kadang tidak mengenal warna (agnosia warna), juga tidak mengenal wajah orang lain (prosopagnosia). Tumor di daerah mesensefalon sering menekan jalur supra nuklear dari nukleus n. III & IV sehingga menimbulkan gangguan konyugasi bola mata. Juga terjadi dilatasi pupil sebelah mata (anisokori) yang bereaksi negatif terhadap rangsang cahaya. Tremor, nistagmus dan ataksia bisa terjadi bila jalur ke serebelum ikut terlibat, dcmikian juga spastisitas anggota badan karena terlibatnya jalur kortikospinal. Penekanan terhadap jalur aliran likuor menimbulkan hidrosefalus sehingga nycri kepala kemudian edema papil timbul. Tumor di daerah pons dan medula oblongata biasanya menimbulkan gejala fokal permulaan berupa paresis n. VI unilateral sehingga bola mats tidak bisa melirik ke sisi lesi, disertai diplopia (melihat dobel). Nycri kepala dan pusing (vertigo) yang diperberat oleh rotasi kepala juga merupakan gejala yang umum terjadi. Mengingat daerah ini merupakan tempat beradanya Beberapa inti saraf kranial, maka akan timbul pula beberapa gejala akibat disfungsi saraf kranial tersebut. Hemiparesis alternans merupakan salah satu ciri lesi di daerah ini. Tumor di serebellum biasanya menyerang anak-anak. Gejala yang menonjol pada fase awal berupa kenaikan tekanan intrakranial akibat penekanan jalan likuor sehingga terjadi hidrosefalus. Biasanya terjadi pula gangguan keseimbangan
dalam berdiri dan berjalan. Ini bisa diperiksa dengan menyuruh penderita berdiri sambil menutup mata, penderita akan goyang (test Romberg). Tumor serebelum di daerah lateral (hemisfer) lebih menonjolkan gejala nistagmus yang nyata ke arah sisi lesi, sedang bila tumor di daerah median tidak menunjukkan nistagmus yang jelas. Juga ataksia lcbih menonjol pada anggota badan sebelah sisi lesi. PENUTUP Dengan dikemukakannya berbagai gejala tumor otak diharapkan setidak-tidaknya kita menjadi lebih waspada akan kemungkinan adanya tumor di dalam otak. Untuk konfirmasi diagnostik lebih lanjut tentu dibutuhkan berbagai alat bantu diagnostik seperti EEG, CT Sean atau MRI. Masih banyak gejala klinis tumor otak lain yang sangat komplek, yang secara keseluruhan belum mungkin untuk dibicarakan satu persatu dalam kesempatan ini. Beberapa bagian
lokasi otak di mana tumor otak bisa bersarang belum dibicarakan gejala-gejalanya. Untuk lebih memperdalam gejala-gejala tumor otak yang kompleks tersebut, dianjurkan untuk menelaah kembali sumber-sumber kepustakaan yang ada.